Gagap menurut WHO adalah gangguan ritme bicara dimana seseorang tahu apa yang akan dibicarakan, tetapi tidak diucapkan karena pengulangan, perpanjangan atau perhentian bunyi. Gangguan ini biasanya sering muncul dan tidak terkontrol. Beberapa penderita memiliki masalah bahasa dan bicara lain seperti gangguan fanologi atau gangguan bahasa ekspresif. Orang gagap biasanya disertai gejala fisik seperti kedipan mata, kerutan pada kening, dan kekakuan pada wajah.
Penyebab
1. Perumbuhan, gangguan ini umumnya terjadi pada anak dibawah usia 5 tahun yang merupakan bentuk keterbatasan dalam menyampaikan maksud belalui bahasa dan perkataan. Hal ini tergolong wajar dan akan hilang dengan sendirinya.
2. Neurogenik, gagap disebabkan gangguan pada otak, saraf dan otot yang disebabkan oleh kecelakaan atau penyakit seperti stroke.
3. Psikogenik, gagap disebabkan oleh trauma, penalaran atau masalah dalam pemikiran.
Faktor Risiko
- Jenis kelamin, risiko gagap paling tinggi pada laki-laki.
- predisposisi genetik
- stres emosional dan fisik, seperti perceraian orang tua, kematian hewan peliharaan, masalah pernapasan, pembedahan dan penyekit yang memerlukan perawatan.
- reaksi personal, keluarga dan sosial serta perilaku keluarga
- kecepatan ibu berbicara pada anak mempengaruhi kemampuan anak berbicara
Cara Mengatasi
Terapi gagap saat ini dilakukan berdasarkan prinsip perilaku yang bertujuan untuk menghasilkan bicara yang lebih fasih dan pengurangan kecemasan yang berhubungan dengan gangguan bicara. Terapi gagap bisa meliputi latihan pernapasan, teknik relaksasi dan terapi bicara untuk membantu memperlambat dan mengatur volume bicara.
Selain itu gangguan ini juga bisa diatasi dengan terapi farmakologi. Dalam penelitian diduga orang yang gagap mengalami hipometabolisme striatum dan peningkatan aktifitas dopamin. Penelitian ini menunjukkan bagaimana antagonis dopamin menurunkan gejala dengan meningkatkan metabolisme striatal melalui penghambatan reseptor. Terapi farmakologi yang dapat digunakan yaitu jenis haloperidol dan risperidon.
Cara Berkomunikasi dengan Penderita
- hindari melengkapi kata yang ingin disampaikan penderita, biarkan penderita menyelesaikan perkataanya.
- pilih temoat yang tenang dan nyaman
- hindari reaksi negatif ketika gagap kambuh
- berbicara secara perlahan, penderita secara tidak sadar akan mengikuti kecepatan berbicara lawannya
- dengarkan apa yang disampaikan dan lakukan kontak mata secara alami saat berbicara
*dari berbagai sumber